1
BAB 2
DATA DAN ANALISA
2.1 Gambaran Umum
Gambaran umum  perancangan visual untuk Malang Kembali (MK) atau Festival
Malang Tempo Dulu (MTD)
adalah membuat
visual untuk festival tersebut dan
media informasi sejarah dan budaya yang akan disajikan pada festival tersebut.
Rekonstruksi ulang yang dimaksud adalah, media informasi nya di buat lebih atraktif
dan fokus.
Data yang diperoleh untuk proyek tugas akhir ini didapatmelalui studi pustaka
dari beberapa buku traveling kota Malang, artikel
dari internet
tentang Malang
Kembali (MK) atau Festival Malang Tempo Dulu (MTD), dan menghubungi
beberapa narasumber (Arek Malang, Yayasan Inggil, dan Komunitas Pemuda
Malang). Kesulitan yang dihadapi selama pencarian data adalah minimnya media
promosi mereka di internet tentang Festival Malang Tempo Dulu (MTD) yang akan
dijadikan studi untuk perancangan visual yang akan dikerjakan pada proyek tugas
akhir ini. 
2.2 Data
Beirkut adalah kumpulan data wawancara narasumber dan artikel  yang
mengulas Malang Kembali (MK) atau Festival Malang Tempo Dulu (MTD)
yang
menjadi referensi untuk mengerjakan proyek tugas akhir ini
  
2
2.2.1 The-marketers.com , 18 Juli 2011
MALANG TEMPOE DOELOE : UNDERSTANDING CULTURAL
ANXIETIES AND DESIRES THROUGH LOCAL HERITAGE FESTIVAL.
MALANG, AREMA (Arek Marketing)
Menghadiri event besar yang menarik perhatian publik telah menjadi
lifestyle masyarakat Indonesia termasuk di kota Malang. Banyak acara besar
diselenggarakan di kota Malang misalnya OVJ (Opera Van Java) road to Malang,
GIGI Concert in Malang, Shopping Adventure dan salah satunya ialah Malang
Kembali: Festival Malang Tempoe Doeloe.
Festival Malang Kembali yang populer disebut Malang Tempoe Doeloe
(ejaan lama dari Malang Tempo Dulu) adalah sebuah event
tahunan yang
diselenggarakan oleh Inggil Foundation bekerja sama dengan Pemerintah kota
Malang dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang. MTD selalu
mengusung tema yang berbeda setiap tahunnya. Festival ini menjadi salah satu
acara kebanggan masyarakat kota Malang, Jawa Timur. MTD mempunyai
keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan festival kedaerahan lainnya. MTD
tampil dengan tema-tema sarat sejarah yang berkaitan dengan asal-mula,
kejayaan, dan cerita kota Malang pada masa lalu. Dengan dekorasi yang sesuai,
ratusan stan yang menjual berbagai
macam produk bertemakan masa lalu,
ditambah pertunjukan kesenian khas kota Malang seperti Tari Topeng Malang,
lomba fotografi bernuansa masa lalu, lomba permainan masa kecil menjadikan
MTD terdiferensiasi dibanding festival budaya lainya. 
MTD ditujukan kepada masyarakat kota Malang dan pengunjung dari
luar daerah yang ingin merasakan suasana masa lalu serta kekayaan budaya kota
Malang. Penggagas MTD, Dwi Cahyono, mengungkapkan alasan utama
penyelenggaraan festival ini adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen
mengenai sejarah dan budaya melalui cara pembelajaran yang menyenangkan.
“Mereka tidak sadar bahwa hanya dengan berjalan-jalan dan menikmati suasana
MTD, mereka telah belajar asal-usul mereka serta menghargai sejarah.” ujar Pak
  
3
Yono, panggilan akrab dari Dwi Cahyono. Selain memberikan suasana masa lalu
berupa sejarah dan budaya penyelengga menyajikan wisata kuliner untuk
pengunjung MTD. Tahun 2011 total stan berjumlah 500 dan mengalami
kenaikan dari tahun sebelumnya.
MTD AS CHARACTER
Dengan adanya festival ini Inggil Foundation ingin menjadikan MTD
sebagai karakter dari festival budaya kota Malang yang bersifat edukatif historis.
Pak Yono sebagai penggagas utama MTD yang juga merupakan pemilik dari
Inggil Foundation
mengatakan bahwa beliau membuat konsep
acara MTD
dengan tujuan untuk memasyarakatkan budaya dan membudayakan masyarakat
serta membuat pengunjung festival ini secara tidak langsung belajar dan
memahami sejarah budaya yang diusung berbeda setiap tahunnya.
Emotional Benefit from MTD
Emotional benefit adalah suatu keuntungan emosional yang didapat oleh
pengunjung yang datang ke MTD. Keuntungan dari sisi emosional yang mereka
dapatkan misalnya rasa senang, bahagia, dan kepuasan batin karena dapat
mengunjungi festival dengan para sahabat, teman dekat, keluarga serta rekan-
rekan, nostalgia masa lalu, menikmati makanan dan jajanan serta suasana tempo
dulu yang sekarang sudah jarang sekali dijumpai di kota Malang. Acara festival
budaya edukatif ini setiap tahun diselenggarakan untuk menjadi ajang reuni bagi
warga kota Malang yang berdomisili diluar kota Malang. Bahkan tidak jarang
banyak pengunjung yang selama empat hari penyelenggaraan festival berkunjung
setiap hari tanpa merasa bosan dan lelah. Seperti salah satu mahasiswa
Universitas Brawijaya bernama M. Rizky yang tidak bosan untuk selalu datang
ke MTD. 
Hal ini terjadi karena para pengunjung mendapatkan emotional
benefit
ketika mereka berkunjung ke festival. Emotional benefit inilah yang menurut Pak
Yono menjadi salah satu parameter keberhasilan festival yang beliau konsepkan.
Pengunjung tidak hanya belajar sejarah layaknya pergi ke museum tetapi juga
menikmati pengemasan acara yang bertajuk pesta rakyat dengan berbagai acara-
acara pendukung seperti festival topeng malang, lomba fotografi, pagelaran
  
4
wayang, dan sebagainya. Tidak heran jika festival tahunan ini dikunjungi hingga
:
500.000 orang setiap harinya. (Inggil Foundation, 2011) mengalami kenaikan
sebesar 500% dari tahun sebelumnya. 
Functional Benefit from MTD
Functional benefit adalah keuntungan fungsional atau manfaat secara
langsung yang didapatkan oleh konsumen karena menggunakan suatu produk
tertentu. Begitu juga dengan functional benefit yang ingin disampaikan melalui
MTD ini. Untuk menyampaikan functional benefit pada masyarakat Bapak Dwi
Cahyono membuat konsep (Inggil Foundation, 2011) sebagai berikut:
Mengingatkan kembali sejarah kota Malang sejak proses kelahiran sampai
semua peristiwa penting yang mengubah kota Malang hingga seperti
sekarang.
Memberikan kesempatan kepada pedagang lokal, seniman lokal dan rakyat
untuk merayakan hari ulang tahun kota Malang secara langsung dengan
berpartisipasi di MTD
Bentuk penghargaan terhadap semua pihak yang berjasa merebut,
mempertahankan dan mengembangkan kota Malang.
Menumbuhkan rasa bangga menjadi warga kota Malang.
Beliau berkata bahwa masyarakat yang berdomisili di Malang merindukan
suatu hiburan yang dapat mengakomodasi seluruh lapisan masyarakat dengan
konsep tempo dulu. Hal ini ternyata sesuai dengan tujuan awal yang ingin
dicapai oleh Bapak Dwi Cahyono. Pak Yono menginginkan pengunjung yang
datang ke MTD mendapatkan functional benefit dari festival yaitu tambahan
pengetahuan budaya dan sejarah.
Wave Ready Customer in Malang Tempo Doeloe – Website The Meketers
YOUTH
Mayoritas pengunjung MTD adalah anak muda. Mereka berasal dari
dalam maupun luar kota Malang yang menempuh pendidikan di kota Malang.
Youth sebagai subculture di era new wave marketing merupakan salah satu target
pengunjung di Malang Tempo Doeloe. Seperti yang dikatakan oleh Pak Yono
sebagai founder Inggil Foundation, “Agar pemuda kota Malang dapat memahami
  
5
makna sejarah kotanya dan dapat mengambil pelajaran untuk membangun kota
Malang ke arah yang lebih baik serta dapat memelihara dan melestarikan
kebudayaan yang telah dimiliki oleh kota Malang.”
WOMAN
Adanya MTD yang diadakan oleh Inggil
Foundation bekerja sama
dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang menjadikan wanita
sebagai salah satu target pasar dari acara ini. Salah satu kegiatan wanita yang
sesuai dengan desires ada di Malang Tempo Doeloe yaitu berbelanja atau
shopping. Pada tahun 2011 ada 500 stan yang dapat dikunjungi dan dimanfaatkan
oleh seluruh konsumen terutama wanita.
NETIZEN
Netizen sebagai subculture di era new wave marketing menjadi salah satu
bagian di dalam MTD. Masyarakat kota Malang dan pengunjung membicarakan
acara yang diselenggarakan oleh Inggil
Foundation di dunia virtual. Media
online seperti Twitter, Blogspot, WordPress, Facebook, Kaskus, dan sebagainya
merupakan media yang sering menjadi perantara untuk membicarakan Malang
Tempo Doeloe.
Gambar 1 : Website Marketers
  
6
2.2.2 Wawancara Partisipan , Antonia Stephanie – PAKO Sekolah Kartun
Gambar 2 : Antonia Stephanie
Pertanyaan yang diajukan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana menurut anda tentang diadakannya festival ini?
2. Apakah menurut anda festival seperti ini perlu dilaksanakan setiap
periode nya?
3. Manfaat apa yang dapat doperoleh dari festival ini?
4. Mengapa anda ikut mengambil andil dalam festival ini?
5. Bagaimana menurut anda tentang konsep festival ini dari tahun ke
tahu?
6. Bagaimana respon masyarakat tentang festival ini?
7. Menurut anda apakah materi promosi yang ada sudah cukup menarik
dari segi desain dan tataletak nya atau ada jawaban serta saran ?
Jawaban Narasumber adalah sebagai berikut :
1. Festival ini sebenarnya cukup menarik... sebagai bagian dari promosi
budaya...dan juga pariwisata...hanya saja kurang maksimal dalam hal
pelaksanaan, kepanitiaan, promosi, dll
2. Pelaksanaan berkala sih oke saja...tetapi lokasinya mungkin bisa
berbeda-beda...selama ini khan selalu di jalan ijen ( kebetulan depan
  
7
rumahku)...padahal kota malang khan bukan hanya jalan ijen, masih
banyak tempat2 yang cukup representatif... misal daerah kayutangan,
balai kota, dll.. dengan demikian proses memperkenalkan kota malang-
nya lebih lengkap
3. Manfaat utama sih pesta rakyat ya...hiburan untuk semua orang... kalau
dari segi pengenalan budaya , menurutku, dari MTD 1 sampai yang
terakhir,yang paling mengena yang 1 dan 2. panggung2 hiburan seni
tradisinya lebih banyak, suasananya lebih kuno gitu, kalau yang sekarang
lebih seperti pasar malam ya, suasana tempo dulunya kurang mengena
4. Kami ikut dalam festifal ini alasannya hanya ingin memberi warna...
aku khan warga ijen yang kebetulan juga pelaku budaya...jadi kami ingin
mengenalkan apresiasi kami tentang MTD dari sudut pandang anak
jaman sekarang... tujuan utamanya bukan berjualan... 
5. Konsep dari tahun ke tahun: kalau saya dengar dari yang membuat
konsep, sebenarna konsepnya membaik.... hanya saja pelaksanaanya tidak
sebagus konsepnya... kalau gak salah, salah satu penyebabnya adalah
jumlah panitia yang kecil bgt ( dibawah 100 org), padahal eventnya besar
sekali....
6. Respon sebagai hiburan cukup baik...tetapi dengan semakin mahalnya
harga sewa kios, akhirnya harga makanan dan barang jualan menjadi
mahal...kurang cocok dengan konsepnya sebagai pesta rakyat... 
7. Desain...tata letak, dll cukup oke...cuman promosinya kurang
tergarap...tidak ada web atau blog yang khusus untuk menjadi ajang
promosi..sehingga event ini bisa menjadi ciri khas kota Malang.
  
8
2.2.3 Wawancara Pengunjung , Sabila – Mahasiswi Universitas Brawijaya
Malang Tempo Dulu sih pertama taunya pas denger di kampus
gitu, terus penasaran kayak gimana nya itu acara, soalnya cuma setahun
sekali kan itu acaranya. Terus pas pertama kali dating itu shock sama
padetnya jalanan yang tadinya lenggang. Suasana di Malang tempo Dulu
(MTD) bikin balik ke jaman dulu yang masih gubuk- gubuk kayu, terus
lampunya pake obor, makanan- makanan yang dijual juga jajanan jaman
dulu yang udah jarang ada. Kalau dari suasana pengunjungnya banyak
yang memakai baju- baju tempo dulu. Suasana sepanjang Jalan Ijen itu
berubah jadi seru karena bentuk toko jualan yang unik, pake perabotan
jaman dulu yang bikin kesan jaman dulnya dapet banget. Biasanya ada 
juga sih gambar / tulisan sejarah yang di tempel di beberapa sudut
Malang Tempo Dulu (MTD).
2.2.4 Wawancara Kontributor , Dicky Sulaiman – Komunitas Pemuda Malang
Gambar 3 : Dicky Sulaiman
Festival Malang Tempo Dulu adalah bagian dari pertumbuhan
perkembangan sebuah willayah. Berikut adlah kutipan dari jawaban
Dicky Sulaiman tentang Festival Budaya, “Budaya adalah proses
akulturasi yang tidak dapat di tolak, yang dapat dilakukan hanya
pelestarian atau penjagaan terhadap komponen yang masih ada.” Fungsi
idealis Festival Malang Tempo Dulu ini adalah mengembangan jati diri 
  
9
sebagai warga malang. Menurut Dicky sulaiman, Festival Malang Tempo
Dulu  telah  pudar dari visi dan misi awalnya, sekarang malah jadi terlihat
seperti pasar malam, sebaiknya festival ini di tahan dulu untuk
memperbaiki visi dan misi nya yang telah pudar tersebut. 
Target pasar dari acara ini masih orang lokal karena menurut
Dicky Sulaiman, penggas acara ini masih terlalu takut untuk
mendapatkan tekanan dari luar dan masih jago kandang. Terlalu banyak
nya partisipan yang menjadikan festival ini terkesan seperti pasar malam
membuat Dicky Sulaiman berkata, “Solusinya, adalah lokalisir tempat
khusus untuk Festival ini, jangan sampai menggagu komponen lain
karena menutup Jalan utama di kota Malang.”
2.2.5 Wawancara Ketua Yayasan Inggil, Dwi Cahyono 
Gambar 4 : Dwi Cahyono
Festival Malang Tempo Dulu bukan hanya tempat untuk
bernostalgia tetapi juga merupakan tempat pembelajaran budaya dan
sejarah tentang kota Malang, karena banyak situs sejarah yang berasal
dari Kota malang yang belum diketahui orang banyak maupun warga kota
Malang itu sendiri, ini adalah bentuk arkeologi publik. Festival ini selalu
diadakan di Bulan Mei
antara tanggal 20 –
26, dan pendatang nya
melebihi pendatang Pekan Raya Jakarta (PRJ). Di festival ini sejarah di
kemas secara unik agar orang – orang mau menikmati dan belajar. 
  
10
Menurut Dwi Cahyono, “ Masing- masing kita memiliki nostalgia
yang terpendam, apabila ditampilkan dalam atmosfer yang tepat dan
terkondisikan akan menjadi sesuatu yang bisa dinikmati bersama.”.
Persepsi orang tentang Festival Malang Tempo dulu adalah pasar
malam, itu dikarenakan pihak pemerintahan sudah ikut campur untuk
meluaskan lahan yang digunakan saat event berlangsung demi
kepentingan dagang, itu yang menjadikan  fokus  pembelajaran dan
wisata budaya dari Festival Malang Tempo Dulu tergeser. Visi besar dari
acara ini adalah Malang Kembali yang misinya adalah melalui Festival
Tempo Dulu. Tahun ini adalah tahun ke tujuh acara ini dilangsungkan,
tema besar tahun ini adalah “MALANG WORLD HERITAGE SITE atau
Malang Warisan Kota Pusaka.” 
2.2.6 Kutipan proposal Festival Malang Tempo Dulu
Visi, Konsep, dan Dampak Sosial
Malang kembali adalah etalase hasil penelitian sosialisai ke narasumber,
tokoh, sekolah , dan masyarakat untuk pengakuratan data yang akan
ditampilkan untuk tema besar setiap acara Malang Kembali.
Hasil Random survey tahun 2010 :
98% masyarakat tidak mengenal budaya panji sebelum datang ke acara
Malang kembali, tetapi 43% dari 98% mengerti budaya panji setelah
datang keacara tersebut.
Malang Kembali menghasikan referensi graris dalam bentuk foto, film,
literature, dan kajian untuk pembelajaran sejarah dan budaya jati diri
bangsa.
8 Film, 9 Literatur Referensi, 12 Buku panduan budaya, 11 kumpulan
makalah seminar.
  
11
Kesenian tradisional naik kasta dan memiliki kepastian terapresiasi setiap
tahun. Kebijakannya adalah : Tidak adanya artis nasional yang tampil
mengisi acara kecuali hadir sebagai narasumber.
Satu-satunya event yang setiap tahunnya memberi penghargaan kepada
tokoh yang berjasa pada bidang kesenian, budaya, dan pemilik bangunan
kuno yang masih terjaga dengan baik.
Hiburan
40% Kesenian Tradisional ( Seni Pertunjukkan )
30% Kesenian Tradisional ( Sakral, Pakem )
30% Kesenian Konservasi ( Diskusi & Referensi )
Konsep Malang Kembali
Stand dikelompokkan sesuai jenis dengan tiap klaster terdapat gallery
pembelajaran sejarah klaster tersebut.
Dress Code pengunjung menggunakan pakaian tempo dulu. Himbauan
melalui radio, Koran, dan baliho, kelurahan, RT, RW, dan sekolah-
sekolah.
Pakaian : Atasan, Penutup Kepala, Bawahan, Atribut, Alas Kaki,
Assesoris (keris, senjata, tongkat, kacamata), Model Rambut,
Kendaraan,dan Hewan peliharaan.
Desain
Pemilihan bahasa yang digunakan disesuaikan dengan kurun waktu
pembahasan sejarah. Bahasa tempo dulu dengan ejaan tempo dulu
Pemilihan Logo event mengadaptasi dari lambang- lambing yang dipakai
di Kota Malang saat itu.
Ornamen-
ornamen
penghias yang disajikan dalan desain visual nya
sesuai dengan tema besar even pada umumnya dan terkesan tempo dulu,
menggunakan unsure unsure natural dan kembali kebumi, seperti : tekstur
kertas, kulit, tumbuhan.
  
12
2.2.7 Referensi Partner Festival Lokal – Jember Fashion Carnaval (JFC)
Berikut adalah gambar-
gambar referensi visual media
komunikasi partner Festival Lokal, yaitu Jember Fashion Carnaval (JFC).
JFC ini dipilih sebagai partner dari Festival Malang Tempo dulu karena
JFC telah sukses untuk membawa festival ini go international
  
13
Gambar 5-11 : Banner Website Jember Fashion Carnaval (JFC)
Gambar 12: Poster promosi JFC 2011
  
14
2.2.8 Studi Visual Produk Festival Malang Tempo Dulu (MTD)
Berikut ditampilkan gambar situasi, lokasi berlangsungnya
Festival, dan beberapa elemen estetis pendukung Kota Malang,serta
contoh desain yang digunakan pada Festival dari tahun 2009-2011.
Gambar 13: Logo- Logo Event yang telah digunakan
  
15
Gambar 14: Desain pada  media yang digunakan tahun 2009
  
16
Gambar 15: Desain pada  media yang digunakan tahun 2009
  
17
Gambar 16: Desain pada  media yang digunakan tahun 2010
  
18
Gambar 17: Desain pada  media yang digunakan tahun 2011
  
19
Gambar 18: Desain pada  media yang digunakan tahun 2009-2011
  
20
Gambar 19: Suasana saat event berlangsung (1)
  
21
Gambar 20: Suasana saat event berlangsung (2)
  
22
Gambar 21: lokasi event, Jalan Ijen, Malang
  
23
Gambar 22: Elemen estetis Kota Malang 1 (pendukung)
  
24
Gambar 23: Elemen estetis Kota Malang 2 (pendukung)
  
25
2.3 Target Sasaran
Berikut adalah spesifikasi target sasaran Malang Kembali (MK) atau Festival
Malang Tempo Dulu (MTD) :
Gender
: Pria – Wanita 
Usia
: 15- 26 tahun
Strata Ekonomi
: B
Psikografis
:
Personaliti:
Terbuka, Kebersamaan, Petualang, Ekspresif, Fanatik
Gaya Hidup:
Senang liburan, Gemar akan sejarah, Aktif di sosial media,
Hobi baca, Fotografi, Menghabiskan waktu berjam-jam untuk
kumpul- kumpul 
Geografis
Orang orang yang tinggal di Malang dan sekitarnya
Orang- orang yang tinggal diluar Kota Malang
Wilayah Indonesia
Tempat Tinggal
:
Rumah Sederhana memiliki garasi dan lebih dari 2 kamar tidur
Pekerjaan
Yang memiliki kesibukan dan tingkat stress cukup tinggi
Pelajar
Traveler
Pengahsilan
:
Uang saku atau pengahasilan diatas Rp 1.500.000 / bulan
dengan pengeluaran rata – rata per-bulan Rp 1.000.000
  
26
2.4 Analisis S.W.O.T
Strong
Festival Sejarah dan Budaya terbesar di Malang
Memberi Informasi tentang sejarah dan budaya secara interaktif dan atraktif
Memiliki masyarakat yang responsive dan fanatik
Media komunikasi visual menarik pengunjung untuk datang ke festival
tersebut
Weakness
Kurang menyebarnya informasi promosi acara, hanya orang lokal yang tahu
Tidak banyak orang yang sengaja datang berkunjung ke Kota Malang untuk
festival ini
Penempatan Banner dan spanduk tidak efektif karena hanya di kawasan
sekitar acara 
Fokus acara tergeser karena ketidak-seimbangan antar tempat berjualan lebih
banyak di banding tempat pameran Sejarah-Budaya.
Menutup jalan besar selama 4 hari itu mengganggu kegiatan sehari hari.
Opportunity
Malang menjadi destinasi wisata
Festival ini bisa melangkah keluar dari zona aman nya (Kota Malang)
Banyak yang paham dengan sejarah dan budaya Indonesia – Kota Malang
Festival ini akan dikenal oleh orang- orang yang tinggal diluar Malang dan
menjadi bahan pembicaraan.
Threat
Festival - festival sejenis yang diadakan tidak hanya di satu tempat, contoh :
Jember Fashion Carnaval (JFC)
Lokasi festival yang disitu- situ saja
Konser music artis ternama atau acara “kekinian” dengan desain komunikasi
yang menarik